BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Masalah Utama
Perilaku kekerasan : Resiko mencederai orang lain/lingkungan
1.2 Proses Terjadinya Masalah
1.2.1 Pengertian
Klien dengan perilaku kekerasan umumnya dibawa oleh keluarganya dengan paksa ke RSJ dan seringkali klien diperlakukan secara tidak manusiawi, diikat, disertai bentakan, kata-kata kasar, dan pengawalan oleh anggota keluarga.
Marah : Merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan / kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Sundeen, 1995)
Pengalaman emosi yang kuat dari individu dimana hasil / tujuan yang harus dicapai terhambat.
Perasaan marah normal bagi tiap individu, namun perilaku yang dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat difluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaptif.
a. Asertif : Kemarahan / rasa tak setuju diungkapkan tanpa menyakiti orang lain ; perasaan lega dan tidak terjadi masalah baru.
b. Frustasi : Respon akibat gagal mencapai tujuan ; tak menemukan alternatif lain untuk menyelesaikan masalah.
c. Pasif : Respon lanjutan ; merasa tak mampu mengungkapkan perasaan dan terlihat pasif.
d. Agresif : Perilaku yang menyertai marah ; umumnya klien masih dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang lain.
e. Kekerasan : Sering juga disebut gaduh gelisah atau amuk ; perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol dari yang dapat merusak diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
1.2.2 Tanda dan Gejala
Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien dibawa ke RS adalah perilaku kekerasan di rumah, kemudian perawat dapat melakukan pengkajian dengan cara:
Observasi : Muka merah Otot kejang
Pandangan tajam Nada suara tinggi
Berdebar Merampas
Memukul
Wawancara : Diarahkan pada penyebab marah
Perasaan marah
Tanda-tanda marah yang dirasakan klien
Manifestasi perilaku marah:
1. Aspek Biologis
Takikardi Pandangan tajam
Wajah merah Otot kejang
Pupil lebar Kewaspadaan meningkat
Tekanan darah meningkat Rahang tertutup
Output urine meningkat Tangan dikepal
2. Aspek Emosional
Tak nyaman Menyalahgunakan
Tak berdaya Sakit hati
Jengkel Menuntut
Frustasi Ingin meledak
Dendam
3. Aspek Intelektual
Mendominasi
Berdebat
Meremehkan
4. Aspek Sosial
Menarik diri
Membuat orang sakit hati
Melakukan kekerasan
5. Aspek Spiritual
Merasa tak bersalah
Merasa kuasa
Tak bermoral
Tak realistic
1.2.3 Penyebab
Faktor Predisposisi:
1 Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan, yaitu: perasaan ditolak, dihina, dianiaya, atau saksi penganiayaan.
2 Perilaku
Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu, mengadopsi perilaku kekerasan.
3 Sosial Budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah olah perilaku kekerasan diterima.
4 Bioneurologis
Banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbic, lobus frontal, lobus temporal, dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.
Faktor Presipitasi:
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien (kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, tidak percaya diri), lingkungan (ribut, padat kritikan, kehilangan, kekerasan), atau interaksi sosial yang pronokatif dan konflik dapat pula memacu perilaku kekerasan.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya amuk:
1. Faktor Klien
1) Sosial Budaya
a. Status emosi yang rendah.
b. Riwayat penganiayaan waktu anak-anak.
c. Penanganan konflik dengan kekerasan.
2) Gangguan Mental
a. Skizofrenia.
b. Bagian kepribadian.
3) Akibat menderita penyakit fisik yang berat.
4) Usia dan jenis kelamin.
5) Seseorang yang putus asa dan tidak berdaya.
2. Faktor Lingkungan (lingkungan yang tidak terapiutik)
a. Ruangan ribut, serbuk, padat.
b. Terlalu banyak waktu luang.
c. Pola hubungan etnis yang bermusuhan.
3. Faktor Interaksi
b. Pronokasi : perawat dan tim yang selalu mengawasi, curiga, dan tidak toleran.
c. Antisipasi : memperkirakan akan terjadinya amuk dengan memperhatikan perubahan penampilan dan persepsi klien.
d. Konflik : perbedaan pendapat – persaingan – permusuhan antar staf yang dialihkan pada klien sebagai sasaran.
1.2.4 Akibat
1. Depresi spikomatik
2. Agresif amuk
3. Gangguan kepribadian
4. Sindroma psikotik organik.
5. Membahayakan diri sendiri,orang lain dan lingkungan
1.3 Pohon Masalah
1.4 Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu diKaji
Masalah Keperawatan | Data Yang Perlu Dikaji |
1. Resiko mencederai orang lain/lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
| 1. Perilaku membahayakan diri sendiri,org lain dan lingkungan saat dirumah sakit maupun dirumah 2. Pengungkapan ketidakpuasan akibat kehilangan
|
3. Sindrom defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan motivasi.
| 1. Kertidakmampuan merawat diri, kebersihan diri secara menyeluruh 2. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan 3. Kemampuan klien dalam kegiatan kehidupan sehari-hari 4. Kebersihan diri klien. |
1.4 Diagnosa Keperawatan
a. Resiko mencederai orang lain/lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
b. Sindrom defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan motivasi.
1.5 Rencana Tindakan
Resiko mencederai orang lain/lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
TUM: Klien tidak mencederai dengan melakukan manajemen perilaku kekerasan.
TUK:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
a. Beri salam/panggil nama.
b. Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan.
c. Jelaskan maksud hubungan interaksi.
d. Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat.
e. Beri rasa aman dan sikap empati.
f. Lakukan kontak singkat tapi sering.
2. Klien dapat mendefinisikan penyebab perilaku kekerasan
a. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.
b. Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan jengkel/kesal.
3. Klien dapat mengidentifikasikan tanda-tanda perilaku kekerasan
a. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel dan kesal.
b. Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien.
c. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami klien.
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
a. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien.
b. Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
c. Bicarakan dengan klien, apakah dengan cara yang klien lakukan masalah selesai.
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
a. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan klien.
b. Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan oleh klien.
c. Tanyakan pada klein apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat.
6. Klien dapat mendefinisikan cara kontruktif dalam merespon terhadap kemarahan
a. Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat.
b. Beri pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat.
c. Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.
Nafas dalam Olah raga
Mengungkapkan perasaan TAK
Berdoa Memukul bantal/kasur
7. Klien dapat mendemontrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan
a. Bantu klien memilih cara yang paling tepat.
b. Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
c. Bantu klien menstimulasi cara tersebut (role play).
d. Beri manfaat positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara.
e. Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel atau marah.
f. Susun jadwal melakukan cara yang telah dipelajari.
8. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai dengan program pengobatan)
a. Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien.
b. Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa saran dokter.
c. Jelaskan prinsip benar minum obat (nama, dosis, waktu, cara)
d. Beri manfaat minum obat dan efek obat yang perlu diperhatikan.
e. Anjurkan klien minta obat dan minum obat tepat waktu.
f. Anjurkan klien melaporkan pada perawat/dokter jika merasakan efek yang tidak menyenangkan.
g. Beri pujian jika klien minum obat dengan benar.
9. Klien mendapat dukungan keluarga mengontrol perilaku kekerasan
a. Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien dari sikap apa yang telah dilakukan keluarga dalam merawat klien selama ini.
b. Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.
c. Jelaskan cara-cara merawat klien:
(1) Cara mengontrol perilaku marah secara konstruktif.
(2) Sikap tenang.
(3) Mengenal penyebab marah.
d. Bantu keluarga mendemontrasikan cara merawat klien.
e. Bantu keluarga mengungkapkan perasaanya setelah melakukan demontrasi.
10. Klien mendapat perlindungan dari lingkungan untuk mengontrol perilaku kekerasan
a. Bicara tenang, gerakan tidak terburu-buru, nada suara rendah, tunjukkan kepedulian.
b. Lindungi agar klien tidak mencederai orang lain dan lingkungan.
c. Jika tidak dapat diatasi lakukan pembatasan gerak atau pengekangan (lihat pedoman).
0 Response to "ASKEP PERILAKU KEKERASAN"
Posting Komentar