BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Karena ingin cepat sembuh kadang kala
orang yang sakit mengonsumsi obat berlebih. Tentu saja ini berbahaya.
Penggunaan obat secara berlebihan atau melebihi dosis yang ditentukan tidak
akan memberikan manfaat bagi kesehatan, tapi justru memicu munculnya gangguan
kesehatan yang lain.Hal ini karena obat bisa menjadi racun jika digunakan
secara tidak tepat.
Jika obat yang dikonsumsi tidak membuat
penyakitnya sembuh atau membaik setelah dikonsumsi beberapa kali, sebaiknya
hentikan penggunaannya. Dan sebaiknya tidak mencoba untuk menambahkan dosis
sendiri tanpa adanya nasihat dari dokter karena memicu terjadinya overdosis.
Jadi overdosis terjadi ketika seseorang menggunakan terlalu banyak obat
(kombinasi dari sejumlah obat). Overdosis mempengaruhi tubuh kita khususnya
otak, hati, jantung, paru-paru dan ginjal. Jika ini terjadi maka tubuh akan
kehilangan kemampuan untuk mengantisipasi obat yang bersangkutan.
Penggunaan obat secara overdosis umumnya
ditemukan pada obat sakit kepala. Gejala yang muncul termasuk pingsan, berhenti
bernafas, atau kegagalan jantung, semuanya bisa mengakibatkan kematian. Sedangkan
jika overdosis yang terjadi pada obat antibiotik maka bisa menyebabkan kuman
menjadi kebal atau resisten sehingga dibutuhkan obat antibiotik lainnya dengan
dosis yang lebih tinggi. Tapi kasus overdosis bisa terjadi pada obat
apapun.
1.2
Rumusan Masalah
1) Apakah yang dimaksud
dengan Overdosis ?
2) Bagaimanakah Etiologi dari Overdosis ?
3) Bagaimana Gejala dari Overdosis ?
4) Jelaskan
Patofisiologi dari Overdosis ?
5) Sebutkan Manifestasi
Overdosis ?
6) Bagaimana
Penatalaksanaan dari Klien yang mengalami Overdosis ?
7) Bagaimana Asuhan
Keperawatan Pada Klien Overdosis ?
1.3
Tujuan
1) Mengetahui Dan
Memahami Definisi Dari Overdosis
2) Mengetahui Dan Memahami Etiologi dari Overdosis
3) Mengetahui Dan
Memahami Gejala dari Overdosis
4) Mengetahui Dan
Memahami Patofisiologi dari Overdosis
5) Mengetahui Dan
Memahami Manifestasi Overdosis
6) Mengetahui Dan
Memahami Penatalaksanaan dari Klien yang mengalami Overdosis
7) Mengetahui Dan
Memahami Asuhan Keperawatan Pada Klien Overdosis
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
1)
Overdosis adalah (OD)
adalah mengkonsumsi obat berlebihan.
2)
Overdosis adalah keadaan dimana seseorang mengalami
ketidaksadaran akibat menggunakan obat terlalu banyak, Ketika batas toleransi
tubuh dalam mengatasi zat tersebut terlewati (melebihi toleransi badan) maka
hal ini dapat terjadi.
3)
Overdosis (OD)
atau kelebihan dosis terjadi apabila tubuh mengabsorbsi obat lebih dari ambang
batas kemampuannya (lethal doses). Biasanya, hal ini terjadi akibat adanya
proses toleransi tubuh terhadap obat yang terjadi terus menerus, baik yang
digunakan oleh para pemula maupun para pemakai yang kronis.
2.2 Etiologi
OD ( overdosis) atau kelebihan dosis terjadi karena beberapa
hal:
1)
Mengkonsumsi lebih dari satu jenis narkoba misalnya
mengkonsumsi putaw hamper bersamaan dengan alcohol atau obat tidur seperti
valium, megadom/ BK, dll.
2)
Mengkonsumsi obat lebih dari ambang batas kemampuannya,
misalnya jika seseorang memakai narkoba walaupun hanya seminggu, tetapi
apabilah dia memakai lagi dengan takaran yang sama seperti biasanya kemungkinan
besar terjadi OD.
3)
Kualitas barang dikonsumsi berbeda.
2.3 Gejala Overdosis
1)
Tidak merespon pada sentuhan atau suara
2)
Wajah pucat atau membiru
3)
Tubuh dingin dan kulit lembab
4)
Tidak bernafas selama 3-5 menit
5)
Bernafas tetapi sangat lambat, kira-kira 2-4 kali dalam 1
menit
6)
Keluar busa pada mulut
7)
Sakit atau seperti ada tekanan yang sangat kuat di dada
8)
Menggigil
9)
Keringat dingin mengalir deras (keringat jagung)
10) Pingsan
11) Kejang-kejang
2.4 Patofisiologi
IFO(Organo
Phosphatase insectisida) bekerja dengan cara menghambat (inaktivasi) enzim
asetikolinesterase tubuh (KhE).Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja untuk
menghidrolisis arakhnoid(AKH) dengan jalan mengikat Akh –KhE yang bersifat
inaktif.Bila konsentrasi racun lebih tinggi dengan ikatan IFO- KhE lebih banyak
terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh ditempat-tempat tertentu,
sehingga timbul gejala gejala rangsangan Akh yang berlebihan,yang akan
menimbulkan efek muscarinik, nikotinik dan SSP (menimbulkan stimulasi kemudian
depresi SSP ) Pada keracunan IFO,Ikatan IFO
– KhE bersifat menetap (ireversibel),sedangkan keracunan carbamate
ikatan ini bersifat sementara (reversible).
Secara
farmakologis efek Akh dapat dibagi 3 golongan :
1.
Muskarini,terutama
pada saluran pencernaan,kelenjar ludah dan keringat,pupil,bronkus dan jantung.
2.
Nikotinik,terutama
pada otot-otot skeletal,bola mata,lidah,kelopak mata dan otot pernafasan.
3.
SSP,
menimbulkan nyeri kepala,perubahan emosi,kejang-kejang(Konvulsi) sampai koma.
2.5 Manifestasi
klinis
Umumnya manifestasi klinis yang timbul
pada klien yang mengalami overdosis :
1.
Kelainan visus
2.
Hiperaktifitas
kelenjar ludah
3.
Keringat
4.
Gangguan
saluran pencernaan
5.
Kesukaran
bernafas.
Gejala ringan
meliputi :
1.
Anoreksia
2.
Nyeri kepala
3.
Rasa lemah
4.
Rasa takut
5.
Tremor pada
lidah, kelopak mata
6.
Pupil miosis.
Keracunan sedang :
4.
Nausea
5.
Muntah-muntah
6.
Kejang atau
kram perut
7.
Hipersaliva
8.
Hiperhidrosis
9.
Fasikulasi otot
dan bradikardi.
Keracunan berat :
1. Diare
2. Pupil pi- poin
3. Reaksi cahaya negatif
4. Sesak nafas
5. Sianosis
6. Edema paru
7. Inkontenesia urine dan feces
8. Kovulsi
9. Koma
10. Blokade jantung akhirnya meningal.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
1.
Laboratorik.
Pengukuran kadar KhE dengan sel darah merah dan plasma, penting untuk
memastikan diagnosis keracunan IFO akut maupun kronik (Menurun sekian % dari
harga normal ).
Kercunan akut : Ringan : 40 - 70 % Sedang : 20 - 40 % Berat : < 20 %
Keracunan kronik bila kadar KhE menurun sampai 25 - 50 % setiap individu yang
berhubungan dengan insektisida ini harus segara disingkirkan dan baru diizinkan
bekerja kemballi kadar KhE telah meningkat > 75 % N
2.
Patologi
Anatomi ( PA ). Pada keracunan akut,hasil pemeriksaan patologi biasanya tidak
khas. Sering hanya ditemukan edema paru,dilatsi kapiler,hiperemi
paru,otak dan organ-oragan lainnya.
2.7
Penatalaksanaan
1.
Tindakan
emergensi :
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu lakukan
intubasi.
Breathing : Berikan pernafasan buatan bila
penderita tidak bernafas spontanatau pernapasan tidak adekuat.
Circulation: Pasang infus bila keadaan penderita gawat
dan perbaiki perfusi jaringan.
2. Identifikasi penyebab keracunan : Bila mungkin lakukan
identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usahamencari penyebab keracunan
ini tidak sampai menunda usaha-usaha penyelamatan penderita yang harus segera
dilakukan.
3. Eliminasi racun : Racun yang ditelan, dilakukan dengan
cara :
a.
Rangsang muntah
akan sangat bermanfaat bila dilakukan dalam 1 jam pertama sesudah
menelanbahan beracun, bila sudah lebih dari 1 jam tidak perlu dilakukan
rangsangmuntah kecuali bila bahan beracun tersebut mempunyai efek yang
menghambatmotilitas (memperpanjang pengosongan) lambung. Rangsang muntah dapat
dilakukan secara mekanis dengan merangsang palatum mole atau dinding belakang
faring,atau dapat dilakukan dengan pemberian obat- obatan :
1)
Sirup Ipecac,
diberikan sesuai dosis yang telah ditetapkan.
2)
Apomorphine
Sangat efektif dengan tingkat keberhasilan hampir
100%,dapat menyebabkanmuntah dalam 2 - 5 menit. Dapat diberikan dengan dosis
0,07 mg/kg BB secara subkutan.
Kontraindikasi rangsang muntah :
1)
Keracunan
hidrokarbon, kecuali bila hidrokarbon tersebut mengandungbahan-bahan yang
berbahaya seperti camphor, produk-produk yang mengandunghalogenat atau
aromatik, logam berat dan pestisida. Keracunan bahan
2)
korossif
Keracunan bahan - bahan perangsang CNS ( CNS stimulant, seperti strichnin)
3)
Penderita
kejang
4)
Penderita
dengan gangguan kesadaran
b.
Kumbah Lambung
akan berguna bila dilakukan dalam 1-2 jam sesudah menelan bahan beracun,
kecuali bila menelan bahan yang dapat menghambat pengosonganl ambung. Kumbah
lambung seperti pada rangsang muntah tidak boleh dilakukan pada :
1)
Keracunan bahan
korosif
2)
Keracunan
hidrokarbon
3)
Kejang pada
penderita dengan gangguan kesadaran atau penderita- penderita dengan
resiko aspirasi jalan nafas harus dilindungi dengan cara pemasangan pipa
endotracheal.
Penderita diletakkan dalam posisi
trendelenburg dan miring kekiri, kemudian di masukkan pipa orogastrik dengan
ukuran yang sesuai dengan pasien, pencucian lambung dilakukan dengan cairan
garam fisiologis ( normal saline/ PZ ) atau ½ normal saline 100 ml atau kurang
berulang-ulang sampai bersih.
c.
Pemberian Norit
( activated charcoal )Jangan diberikan bersama obat muntah, pemberian norit
harus menunggu paling tidak 30 - 60 menit sesudah emesis.
Indikasi pemberian norit untuk keracunan :
1)
Obat2
analgesik/ antiinflammasi : acetamenophen, salisilat,antiinflamasi non
steroid,morphine, propoxyphene.
2)
Anticonvulsants/
sedative : barbiturat, carbamazepine,chlordiazepoxide, diazepam phenytoin,
sodium valproate.·
3)
Lain-lain :
amphetamine, chlorpheniramine, cocaine, digitalis,quinine, theophylline, cyclic
anti – depressants Norit tidakefektif pada keracunan Fe, lithium,
cyanida, asam basa kuat dan alkohol.
4)
Catharsis
Efektivitasnya masih dipertanyakan. Jangan diberikan bila ada gagal
ginjal, diare yang berat (severe diarrhea), ileus paralitik atau trauma
abdomen.
5)
Diuretika paksa
( Forced diuretic )Diberikan pada keracunan salisilat dan phenobarbital (
alkalinisasi urine ).Tujuan adalah untuk mendapatkan produksi urine 5,0
ml/kg/jam,hati-hati jangan sampai terjadi overload cairan. Harus dilakukan
monitor dari elektrolit serum pada pemberian diuresis paksa.
Kontraindikasi
: udema otak dan gagal ginjal
4. Pemberan antidotum kalau mungkin
Pengobatan Supportif Pemberian cairan dan elektrolit Perhatikan nutrisi
penderita Pengobatan simtomatik (kejang, hipoglikemia, kelainan elektrolit
dsb.)
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1
Pengkajian
Pengkajian difokusakan pada masalah yang mendesak
seperti jalan nafas dan sirkulasi yang mengancam jiwa. Adanya gangguan asam
basa, keadaan status jantung, status kesadran. Riwayat kesadaran : Riwayat
keracunan,bahan racun yang digunakan,berapa lama diketahui setelah keracunan
ada masalah lain sebagi pencetus keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan
dan kapan terjadinya
3.2 Diagnosa Keperawatan
1)
Tidak
efektifnya pola nafas
2)
Resiko tinggi
kekurangan cairan tubuh.
3)
Gangguan
kesadaran
4)
Tidak
efektifnya koping individu.
3.3 Intervensi
1)
Pertolongan
pertama yang dilakukan meliputi : tindakan umum yang bertujuan untuk
keselamatan hidup,mencegah penyerapan dan penawar racun ( antidotum ) yan
meliputi resusitasi, : Air way, breathing, circulasi eliminasi untuk
menghambat absorsi.
2)
Melalui
pencernaaan dengan cara kumbah lambung, emesis.
3)
Berikan anti
dotum sesuai advis dokter minimal 2 x 24 jam yaitu pemberian SA.
4)
Perawatan
suportif; meliputi mempertahankan agar pasien tidak samapi demamatau
mengigil,monitor perubahan-perubahan fisik seperti perubahan nadi yang
cepat,distress pernafasan, sianosis, diaphoresis, dan tanda-tanda lain kolaps
pembuluh darah dan kemungkinan fatal atau kematian.Monitir vital sign setiap 15
menit untuk bebrapa jam dan laporkan perubahan segera kepada dokter.Catat
tanda-tanda seperti muntah,mual,dan nyeri abdomen serta monotor semua muntah
akan adanya darah. Observasi fese dan urine serta pertahankan cairan intravenous
sesuai pesanan dokter.
5)
Jika pernafasan
depresi,berikan oksigen dan lakukan suction. Ventilator mungkin bisa
diperlukan.
6)
Jika keracunan
sebagai usaha untuk membunuh diri maka lakukan safety precautions. Konsultasi
psikiatri atau perawat psikiatri klinis. Pertimbangkan juga masalah kelainan
kepribadian,reaksi depresi,psikosis neurosis, mental retardasi dan lain-lain
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
OD (Over Dosis) adalah
mengkonsumsi obat berlebihan. OD sering disangkutan dengan terjadinya
bila heroin digunakan bersama alkohol, obat tidur misalnya golongan barbiturat
(luminal) atau penenang (valium, xanax, mogadon/BK dan lain-lain). Jangan
mengonsumsi heroin bersama alkohol atau obat tersebut dengan gejala klinis
penurunan kesadaran, frekuensi pernapasan kurang dari 12 kali/menit, pupil
miosis, adanya riwayat pemakaian obat-obat terlarang. kombinasi
dosis tinggi benzodiazepine untuk terjadinya OD adalah dengan alkohol , barbiturat , opioid sangat berbahaya,
dan dapat mengakibatkan komplikasi berat seperti koma atau kematian. Overdosis obat ini
dapat menyebabkan kerusakan hati
dengan gejala yang termasuk kehilangan nafsu makan, mual, kelelahan, dan
muntah, pucat, dan berkeringat. Tahap berikutnya menunjukkan gejala kegagalan
hati dan termasuk sakit perut dan nyeri tekan, pembengkakan hati, dan tes darah abnormal untuk enzim hati. Pada
tahap terakhir dari keracunan,
kemajuan gagal hati dan pasien menjadi kuning, dengan menguningnya kulit dan
putih mata. Mereka juga mungkin mengalami gagal ginjal, gangguan perdarahan, dan ensefalopati (pembengkakan otak).
Daftar Pustaka
http://www.scribd.com/doc/238210589/Askep-Overdosis-Jadi
0 Response to "MAKALAH OVERDOSIS"
Posting Komentar