BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Masalah Utama
Isolasi Sosial
1.2 Proses Terjadinya Masalah
1.2.1 Definisi
Definisi Isolasi sosial menurut Farida Kusumawati dan Hartono dalam bukunya antara lain yaitu yang pertama menurut Townsend adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif atau mengancam. Sedangkan yang kedua menurut Pawlin menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Farida, 2010).
Kerusakan interaksi sosial menurut Depkes RI dalam Nita Fitria adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial.
Definisi Isolasi sosial adalah suatu sikap dimana individu menghindari diri dari interaksi, kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan, serta mengalami kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian (Nita, 2009).
1.2.2 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial antara lain : kurang spontan, apatis (acuh tak acuh), ekspresi wajah kurang berseri, tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri, tidak ada atau kurang komunikasi verbal, mengisolasi diri, tidak sadar terhadap lingkungan sekitar, asupan makanan dan minuman terganggu, retensi urine dan feses, aktivitas menurun, kurang energi, rendah diri, dan postur tubuh berubah misalnya sikap fetus/janin (pada posisi tidur) (Farida, 2010)..
Rentang Respon Isolasi Sosial
1. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut masih dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah. Sikap yang termasuk dalam respon adaptif antara lain : menyendiri/respon dalam merenungkan apa yang telah terjadi di lingkungan sosialnya, otonomi/kemampuan dalam menentukan dan menyampaikan ide dan pikiran serta perasaan, bekerja sama/kemampuan saling membutuhkan, dan interdependen/saling ketergantungan dalam hubungan interpersonal (Farida, 2010)..
2. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan di suatu tempat. Yang termasuk perilaku respon maladaptif antara lain : Menarik diri (mengalami kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain), ketergantungan (gagal mengembangkan rasa percaya diri sehingga tergantung dengan orang lain), manipulasi (mengganggu orang lain sebagai objek individu sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam), dan curiga (gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain).
1.2.3 Penyebab
- Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi Isolasi Sosial : Menarik Diri menurut Nita Fitria (2009) adalah sebagai berikut :
a. Faktor tumbuh kembang, dimana setiap individu ada tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Bila tugas perkembangan ini tidak terpenuhi, maka akan menghambat fase perkembangan sosial yang nantinya akan dapat menimbulkan masalah.
b. Faktor komunikasi dalam keluarga, merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk masalah dalam berkomunikasi (double bind) yaitu suatu keadaan dimana seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan di luar keluarga.
c. Faktor sosial budaya, merupakan suatu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial hal ini disebabkan oleh norma-norma yang salah dianut oleh keluarga, dimana setiap keluarga yang tidak produktif seperti usia lanjut, berpenyakit kronis, dan cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.
d. Faktor biologis, merupakan suatu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial sebab organ tubuh seperti otak dapat mempengaruhi terjadinya gangguan hubungan sosial.
- Faktor Presipitasi
Faktor Presipitasi Isolasi Sosial : Menarik Diri menurut Nita Fitria terdiri dari faktor ekstrenal dan faktor internal : faktor eksternal yaitu stress yang ditimbulkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga sedangkan faktor internal yaitu stress yang terjadi akibat ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya.
1.2.4 Akibat
Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal atau perasaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena akibat penolakan dan sikap negatif serta kepribadian yang tidak fleksibel sehingga muncul perilaku maladaptif seperti menghindari/kehilangan hubungan dengan orang, tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan, yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian sehingga fungsi hubungan sosial seseorang terganggu (Farida, 2010)..
1.3 Pohon Masalah
1.4 Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji
Masalah Keperawatan | Data Yang Perlu Dikaji |
Isolasi Sosial: Menarik Diri
| 1 Mengidentifikasi dan mendapatkan data yang sesuai tentang klien. Oleh karenanya, fokus utama dari pengumpulan data adalah respon klien terhadap kekhawatiran, atau masalah kesehatan yang bersifat biofisik, sosiokultural, psikologis, dan spiritual. 2 Mengkaji data dari klien dan keluarga tentang tanda dan gejala serta faktor penyebab, memvalidasi data dari klien dan keluarga, mengelompokan data, serta menempatkan masalah klien1. 3 Data yang di dapatkan bisa dikelompokan menjadi dua macam, yaitu data subyektif dan obyektif. Data subyektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga, data ini didapatkan melalui wawancara oleh perawat kepada klien dan keluarga. Data obyektif adalah data yang ditemukan secara nyata, data yang didapat melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat. Adapun data yang langsung didapat oleh perawat disebut sebagai data primer, sedangkan data yang diambil dari hasil pengkajian atau catatan tim kesehatan disebut data sekunder. 4 Data yang perlu dikaji pada klien dengan isolasi sosial antara lain : data sukjektif seperti klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain, klien mengatakan dirinya tidak ingin ditemani perawat dan meminta untuk sendiri, klien mengatakan tidak mau berbicara dengan orang lain, tidak mau berkomunikasi, data tentang klien biasanya didapat dari keluarga yang mengetahui keterbatasan klien (suami, istri, anak, ibu, ayah, atau teman dekat) dan data objektif seperti kurang spontan, apatis (acuh terhadap lingkungan), ekspresi wajah kurang berseri, tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri, tidak ada atau kurang komunikasi verbal, mengisolasi diri, tidak sadar terhadap lingkungan sekitarnya, asupan makanan dan minuman terganggu, retensi urine dan feses, aktivitas menurun dan kurang energy, rendah diri, da postur tubuh berubah misalnya sikap fetus/janin (pada posisi tidur).
|
1.5 Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosial : Menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya motivasi dalam perawatan diri
1.6 Rencana Tindakan
Intervensi keperawatan/rencana keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari klien dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Intervensi keperawatan harus spesifik, dinyatakan dengan jelas dan dimulai dengan kata kerja aksi.
Rencana/intervensi keperawatan didasarkan pada pengkajian dan diagnosis dari status kesehatan klien, kekuatan, dan masalah klien. Komponen perencanaan meliputi menilai prioritas, menentapkan tujuan jangka panjang, menetapkan tujuan jangka pendek, mengidentifikasi strategi dan mengurai intervensi keperawatan untuk implementasi.
Konsep rencana keperawatan klien dengan Isolasi Sosial: Menarik Diri adalah sebagai berikut :
a. Tindakan keperawatan pada klien
1) Tujuan keperawatan
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b) Klien dapat menyadari penyebab isolasi sosial.
c) Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
2) Tindakan keperawatan
a) SP 1 klien : Membina hubungan saling percaya, membantu klien mengenal manfaat berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, dan mengajarkan klien berkenalan.
(1) Bina hubungan saling percaya.
(a) Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien.
(b) Berkenalan dengan klien : perkenalkan nama lengkap dan nama panggilan perawat serta tanyakan nama lengkap dan nama panggilan klien.
(c) Tanyakan perasaan dan keluhan klien saat ini.
(d) Buat kontrak asuhan : apa yang perawat akan lakukan bersama klien, berapa lama akan dikerjakan, dan tempat pelaksanaan kegiatan.
(e) Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk kepentingan terapi.
(f) Tunjukan sikap empati terhadap klien setiap saat.
(g) Penuhi kebutuhan dasar klien jika mungkin.
(2) Bantu klien mengenal penyebab isolasi sosial.
(a) Tanyakan pendapat klien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain.
(b) Tanyakan penyebab klien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain.
(3) Bantu klien mengenal manfaat berhubungan dengan orang lain dengan cara mendiskusikan manfaat jika klien memiliki banyak teman.
(4) Bantu klien mengenal kerugian tidak berhubungan dengan orang lain dengan cara :
(a) Diskusikan kerugian jika klien hanya mengurung diri dan tidak bergaul dengan orang lain.
(b) Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik klien
(5) Bantu klien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
(6) Ajarkan klien berkenalan.
b) SP 2 klien : Mengajarkan klien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang pertama/perawat).
c) SP 3 klien : Melatih klien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang kedua/klien).
b. Tindakan keperawatan pada keluarga
1) Tujuan keperawatan
Setelah tindakan keperawatan, keluarga dapat merawat klien isolasi sosial.
2) Tindakan keperawatan
a) SP 1 keluarga : Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga mengenai masalah isolasi sosial, penyebab isolasi sosial, dan cara merawat klien isolasi sosial.
(1) Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
(2) Jelaskan tentang :
(a) Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada klien.
(b) Penyebab isolasi sosial.
(c) Cara-cara merawat klien dengan isolasi sosial, yaitu :
Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara bersikap peduli dan tidak ingkar janji, berikan semangat dan dorongan kepada klien untuk dapat melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain (yaitu dengan tidak mencela kondisi klien dan memberikan pujian yang wajar), tidak membiarkan klien sendiri di rumah, dan buat rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan klien.
(3) Peragakan cara merawat klien dengan isolasi sosial.
(4) Bantu keluarga mempraktekkan cara merawat yang telah dipelajari, mendiskusikan masalah yang dihadapi.
(5) Susun perencanaan pulang bersama keluarga.
b) SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat klien isolasi sosial langsung di hadapan klien.
c) SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Kusuma, Farida dan Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Videbeck, S. L.. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa (Psychiatric Mental Health Nursing). Jakarata: EGC.
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.
Doenges, M. E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3. Jakarta: EGC.
Townsend, M. C. 2009. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri : Rencana Asuhan dan Medikasi Psikotropik. Terjemahan dari Nursing Diagnosas in Psychotropic Medications, oleh Devi Yulianti dan Ayura Yosef. 5th ed. Jakarta: EGC.
0 Response to "ASKEP ISOLASI SOSIAL"
Posting Komentar