ASKEP PENYAKIT JANTUNG KORONER (Siap Print)

BAB I

LANDASAN TEORI

1.1  Tinjauan Medis

1.1.1.      Definisi

Penyakit jantung koroner/ penyakit arteri koroner (penyakit jantung artherostrofik) merupakan suatu manifestasi khusus dan arterosclerosis pada arteri koroner.Plaque terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah aterion kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex.Aliran darah ke distal dapat mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara yang di sebabkan oleh akumulasi plaque atau penggumpalan.Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteromasus yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium.

Kegagalan sirkulasi kolateral untuk menyediakan supply oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria, gangguan aliran darah karena obstruksi tidak permanen (angina pektoris dan angina preinfark) dan obstruksi permanen (miocard infarct).

Penyakit jantung koroner adalah ketidakseimbangan antara kebutuhan 02 miokardium dengan suplai 02 yang disebabkan pleh proses arteroslerosis yang merupakan kelainan degeneratif.

Penyakit jantung koroner adalah suatu penyakit dimana tersumbatnya aliran pembuluh darah koroner jantung akibat penimbunan zat lemak (arteriosclerosis) karena tidak cukupnya suplai darah yang mengandung oksigen untuk menghidupkan jantung, maka terjadi ancaman otot jantung yang bisa menimbulkan kematian mendadak.

 

1.1.2                  Resiko dan insidensi

Penyakit arteri koronaria merupakan masalah kesehatan yang paling lazim dan merupakan penyebab utama kematian di USA.Walaupun data epidemiologi menunjukan perubahan resiko dan angka kematian penyakit ini tetap merupakan tantangan bagi tenaga kesehatan untuk mengadakan upaya pencegahan dan penanganan.Penyakit jantung iskemik banyak di alami oleh individu berusia yang berusia 40-70 tahun dengan angka kematian 20 %.

Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner dapat di golongkan secara logis sebagai berikut:

1.   Sifat pribadi Aterogenik.

Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes melitus. Faktor ini bersama-sama berperan besar dalam menentuak kecepatan artero- genensis

2.   Kebiasaan hidup atau faktor lingkungan yang tak di tentukan semaunya.

Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung koroner adalah diet yang terlalu kaya dengan kalori, lemak jenuh, kolesterol, garam serta oleh kelambanan fisik, penambahan berat badan yang tak  terkendalikan, merokok sigaret dan penyalah gunaan alcohol.

3.   Faktor resiko kecil dan lainnya.

Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini tidak tampak menjelaskan keseluruhan perbedaan dalam kematian karena penyakit jantung koroner, maka ada kecurigaan ada faktor resiko utama yang tak diketahui bernar-benar ada.

Berbagai faktor resiko yang ada antara lain kontrasepsi oral, kerentanan hospes, umur dan jenis kelamin.

 

1.1.3        Patofisiologi 

pjk 


Penyakit jantung koroner dan micardiail infark merupakan respons iskemik dari miokardium yang di sebabkan oleh penyempitan arteri koronaria secara permanen atau tidak permanen.Oksigen di perlukan oleh sel-sel miokardial, untuk metabolisme aerob di mana Adenosine Triphospate di bebaskan untuk energi jantung pada saat istirahat membutuhakn 70 % oksigen.Banyaknya oksigen yang di perlukan untuk kerja jantung di sebut sebagai Myocardial Oxygen Cunsumption (MVO2), yang dinyatakan oleh percepatan jantung, kontraksi miocardial dan tekanan pada dinding jantung.

Jantung yang normal dapat dengan mudah menyesuaikan terhadap peningkatan tuntutan tekanan oksigen dangan menambah percepatan dan kontraksi untuk menekan volume darah ke sekat-sekat jantung.Pada jantung yang mengalami obstruksi aliran darah miocardial, suplai darah tidak dapat mencukupi terhadap tuntutan yang terjadi.Keadaan adanya obstruksi letal maupun sebagian dapat menyebabkan anoksia dan suatu kondisi menyerupai glikolisis aerobic berupaya memenuhi kebutuhan oksigen.

Penimbunan asam laktat merupakan akibat dari glikolisis aerobik yang dapat sebagai predisposisi terjadinya disritmia dan kegagalan jantung.Hipokromia dan asidosis laktat mengganggu fungsi ventrikel.Kekuatan kontraksi menurun, gerakan dinding segmen iskemik menjadi hipokinetik.

Kegagalan ventrikel kiri menyebabkan penurunan stroke volume, pengurangan cardiac out put, peningkatan ventrikel kiri pada saat tekanan akhir diastole dan tekanan desakan pada arteri pulmonalis serta tanda-tanda kegagalan jantung.

Kelanjutan dan iskemia tergantung pada obstruksi pada arteri koronaria (permanen atau semntara), lokasi serta ukurannya.Tiga menifestasi dari iskemi miocardial adalah angina pectoris, penyempitan arteri koronarius sementara, preinfarksi angina, dan miocardial infark atau obstruksi permanen pada arteri koronari (Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993).

 

1.1.4        Mekanisme hipertensi meningkatkan resiko

Bila kebanyakan pembacaan tekanan diastole tetap pada atau di atas 90 mmHg setelah 6-12 bulan tanpa terapi obat, maka orang itu di anggap hipertensi dan resiko tambahan bagi penyakit jantung koroner.

Secara sederhana di katakan peningkatan tekanan darh mempercepat arterosklerosis dan arteriosklerosis sehinggan ruptur dan oklusi vaskuler terjadi sekitar 20 tahu lebih cepat daripada orang dengan normotensi. Sebagian mekanisme terlibat dalam proses peningkatan tekanan darah yang mengkibatkan perubahan struktur di dalam pembuluh darah, tetapi tekaan dalam beberpa cara terlibat langusng. Akibatnya, lebih tinggi tekanan darah, lebih besar jumlah kerusakan vaskular.

 

1.2     Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Penyakit Jantung Koroner

1.2.1     Pengkajian

a.       Aktivitas dan istirahat

Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di dapatkan Tachycardia dan dispnea pada saat beristirahat atau pada saat beraktivitas).

b.      Sirkulasi

Mempunyai riwayat IMA, Penyakit jantung koroner, CHF, Tekanan darah tinggi, diabetes melitus.

Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau terlambatnya capilary refill time, disritmia.

Suara  jantung , suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin mencerminkan terjadinya kegagalan jantung/ ventrikel kehilangan kontraktilitasnya.

Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau muskulus papilaris yang tidak berfungsi.

Heart rate mungkin meningkat atau menglami penurunan (tachy atau bradi cardia).

Irama jnatung mungkin ireguler atau juga normal.

Edema: Jugular vena distension, odema anasarka, crackles mungkin juga timbul dengan gagal jantung.

Warna kulit mungkin pucat baik di bibir dan di kuku.

c.       Eliminasi

Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.

d.      Nutrisi

Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat banyak, muntah dan perubahan berat badan.

e.       Hygiene perseorangan

Dispnea atau nyeri dada atau dada berdebar-debar pada saat melakukan aktivitas.

f.       Neoru sensori

Nyeri kepala yang hebat, Changes mentation.

g.      Kenyamanan

Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat atau dengan nitrogliserin.

Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin menyebar sampai ke lengan, rahang dan wajah.

Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang sangat yang pernah di alami.Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di dapatkan wajah yang menyeringai, perubahan pustur tubuh, menangis, penurunan kontak mata, perubahan irama jantung, ECG, tekanan darah, respirasi dan warna kulit serta tingkat kesadaran.

h.      Respirasi

Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan respirasi, pucat atau cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga vesikuler. Sputum jernih atau juga merah muda/ pink tinged.

i.        Interaksi sosial

Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol.

j.        Pengetahuan

Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung, diabetes, stroke, hipertensi, perokok.

k.      Studi diagnostik

ECG menunjukan: adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dri iskemi, gelombang T inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan gelombang Q yang mencerminkan adanya nekrosis.

Enzym dan isoenzym pada jantung:  CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam, dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam.

Elektrolit: ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan konduksi jantung dan kontraktilitas jantung seperti hipo atau hiperkalemia.

Whole blood cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah serangan.

Analisa gas darah:  Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit paru yang kronis ata akut.

Kolesterol atau trigliseid: mungkin mengalami peningkatan yang mengakibatkan terjadinya arteriosklerosis.

Chest X ray: mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma ventrikiler.

Echocardiogram: Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan fungsi atau kapasitas masing-masing ruang pada jantung.

Exercise stress test:  Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi terhadap suatu stress/ aktivitas.

 

1.2.2                 Diagnosa keperawatan dan asuhan keperawatan

a.       Nyeri akut berhubungan dengan iskemia miokard.

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien di harapkan mampu menunjukan adanya penurunan rasa nyeri dada, menunjukan adanya penuruna tekanan dan cara berelaksasi.

Kriteria hasil

1.      Menyatakan nyeri berkurang atau hilang.

2.      Menunjukkan postur tubuh rileks.

3.      Kemampuan istirahat / tidur dengan cukup.

4.      Nadi dalam batas normal

5.      Pernafasan dalam batas normal

 

Intervensi dan Rasional :

1)      Anjurkan klien untuk memberi tahu perawat jika terjadi nyeri dada.

R/ Nyeri dan penurunan curah jantung dapat merangsang saraf simpati untuk mengeluarkan norepineprin yang meningkatkan kemajuan penyakit.

2)      Anjurkan pasien untuk bedrest total selama periode nyeri

R/ Menurunkan kebutuhan oksigen miokard untuk meminimalkan resiko nekrosis

3)      Tinggikan kepala tempat tidur bila klien sesak

R/  Memudahkan pertukaran gas untuk menurunkan hipoksia.

4)                 Berikan O2 sesuai indikasi

R/  Meningkatkan sediaan O2 untuk kebutuhan miokard

5)      Pantau irama jantung

R/ Pasien mengalami peningkatan diatrimia yang mengancam hidup secara akut yang terjadi terhadap respon ischemia

6)      Pantau tanda vital terutama tekanan darah

R/  Tekanan darah dapat meningkat secara dini sehubungan dengan rangsangan simpatis

7)                 Pertahankan lingkungan  nyaman dan tenang

R/  Stress mental / emosi meningkatkan kerja miokard

8)                 Kolaborasi dengan dokter dalam terapi obat

R/  Obat golongan nitrat mempunyai efek cepat vasodilatasi beta bloken menurunkan kerja miokard.

 

b.   Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa ketidaknyamanansekunder.

 Tujuan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam pasien dapat tidur dengan  nyaman

 Kriteria hasil

1. Pasien dapat tidur 6 - 8 jam setiap malam

2. Secara verbal mengatakan dapat lebih rileks dan lebih segar

Intervensi dan Rasional

1.      Lakukan kajian masalah gangguan tidur pasien, karakteristik, dan penyebab kurang tidur

Rasional : memberikan informasi dasar dalam menentukan rencanaperawatan.

2.      Berikan keadaan tempat tidur yang nyaman, bersih, dan bantal yang nyaman.

Rasional : meningkatkan tidur

3.      Berikan lingkungan yang nyaman

Rasional : meningkatkan kenyamanan sebelum tidur dan mempercepat tidur

4.      Berikan HE pengetahuan kesehatan tentang jadwal tidur, mengurangi stress dan cemas

Rasional : Meningkatkan pola tidur

5.      Berikan susu hangat sebelum tidur

Rasional : meningkatkan tidur

6.      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik setengah jam sebelum tidur

Rasional : mengurangi gangguan tidur.

 

c.    Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada miokard.

Tujuan: setelah di lakukan tindakan perawatan klien menunnjukan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas (tekanan darah, nadi, irama dalam batas normal) tidak adanya angina.

Kriteria hasil :

1.   Melaporkan / menunjukkan toleransi aktivitas

2.   Menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas

3.   Berpartisipasi dalam aktivitas yang memaksimalkan atau meningkatkan fungsi jantung.

 

Intervensi dan Rasional:

1)      Pantau / catat kecenderungan frekuensi jantung dan TD khususnya mencatat hipotensi.

R/  Hipotensi dapat terjadi akibat kekurangan cairan, distritmia, gagal jantung / syok

2)      Observasi perubahan status mental / orientasi / gerakan atau refleks tubuh.

R/  Dapat mengindikasikan penurunan aliran darah atau oksigenasi serebral sebagai akibat penurunan curah jantung

3)      Jadwal istirahat / periode tidur tanpa gangguan. Bantu aktivitas perawatan diri.

R/  Mencegah kelemahan / terlalu lelah dan stress kardiovaskuler berlebihan

4)      Pantau program aktivitas, catat respons pasien, tanda vital sebelum / selama / setelah aktivitas, terjadinya disritmia.

R/  Latihan teratur merangsang sirkulasi / tonus kardiovaskuler berlebihan

5)      Evaluasi adanya / derajat cemas / emosi

R/  Reaksi emosi berlebihan dapat mempengaruhi tanda vital dan tahanan vaskuler sistemik serta mempengaruhi fungsi jantung

6)      Berikan O2 tambahan sesuai indikasi.

R/  Meningkatkan oksigenasi maksimal, yang menurunkan kerja jantung, alat dalam memperbaiki iskemia jantung dan disritmia

 

d.      Resiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan dalam rate, irama, konduksi jantung, menurunya preload atau peningkatan SVR, miocardial infark.

Tujuan: tidak terjadi penurunan cardiac output selama di lakukan tindakan keperawatan.

Kriteria Hasil :

1.      Respirasi 12-24x/menit

2.      TD (80-120) mmHg

3.      Tidak ada sianosis.

 

Intervensi dan Rasional

1)                 Evaluasi tekanan darah dan nadi.

R/  Hipotensi dapat terjadi akibat kekurangan cairan, distritmia, gagal jantung / syok

2)      Auskultasi bunyi nafas, catat area yang menurun/tak ada bunyi napas dan adanya bunyi tambahan contoh krekels atau ronki.

R/  Krekels atau ronki dapat menunjukkan akumulasi cairan atau obstruksi jalan napas parsial

3)      Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi duduk tinggi atau semi fowler.

R/  Merangsang fungsi pernapasan / ekspansi paru

4)      Pantau program aktivitas, catat respons pasien, tanda vital sebelum / selama / setelah aktivitas, terjadinya disritmia.

R/  Latihan teratur merangsang sirkulasi / tonus kardiovaskuler berlebihan

5)      Jadwal istirahat / periode tidur tanpa gangguan. Bantu aktivitas perawatan diri.

R/  Mencegah kelemahan / terlalu lelah dan stress kardiovaskuler berlebihan

6)      Berikan O2 tambahan sesuai indikasi.

R/  Meningkatkan oksigenasi maksimal, yang menurunkan kerja jantung, alat dalam memperbaiki iskemia jantung dan disritmia.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Doengoes, Marylin E., 2007, Nursing Care Plans, USA Philadelphia: F.A Davis Company.

 

Kaplan, Norman M., 2009, Pencegahan Penyakit Jantung Koroner, Jakarta: Balai penerbit buku kedokteran EGC.

 

Mardiono Masetio. 2010. Buku Ajar Kardiologi. Gaya baru : Jakarta.

 

C. Long, Barbara. 2007. Perawatan Medikal Bedah II. Ikatan Almuni Pendidikan Keperawatan Pajajaran : Bandung.

Jangan lewatkan informasi menarik lainnya yang akan kami kirim via email kepada anda

0 Response to "ASKEP PENYAKIT JANTUNG KORONER (Siap Print)"


Memuat...